Ijinkan aku

Desember 17, 2011

Tuhan, jika Kau ijinkan, maka ijinkanlah aku menjadi pendamping hidupnya. Aamiin.

Masih

Juli 28, 2011

Meski hanya beberapa waktu, tetap saja sudah memberikan hasil yang luar biasa. Kamu tahu? Aku yakin kamu tahu meski kamu dengan mudah akan bilang “ah, udah lupa”. Sekilas, iya, aku jauh dari “standard”mu. Meski aku tidak bisa meluluhkan, menurutku, sombong dan keras kepalamu, paling tidak aku sudah pernah memberikan saranku ke kamu.

Sampai saat ini, perasaan itu masih bertengger erat di dalam kalbu ini. Setiap hari hanya berangan-angan, semoga yang baik dariku bisa berbuah baik pula padamu. Berharap? Mungkin iya, tapi tidak memaksakan. Toh, setiap kalbu punya nilai-nilainya sendiri. Kalimat yang sering kamu ucapkan “jodoh sudah ada yang mengatur”, iya kamu benar.

Setiap detik, aku rindu sekali panggilan darimu. Puteri Tidur, kamu paham kan? Aku rasa keputusanmu itu, sangat baik bagimu. Setiap waktu, aku hanya bisa berdoa “Ya Allah, berikanlah kekuatan kepadanya”. Dan semoga engkau benar-benar kuat, Puteri Tidur.

Catatan ini sulit dibuat dalam banyak kata, karena saat menulis ini, rasa berat yang ada.

Semoga kamu bahagia. Aamiin.

Rinduku

November 22, 2010

Sudah beberapa hari ini atau bahkan beberapa minggu ini aku merasa sangat sulit untuk memandangmu. Atau hanya sekedar menanyakan keadaanmu, tugas akhirmu, kesibukanmu secara langsung. Walau aku tak tahu secara langsung apa yang terjadi pada dirimu karena keluargamu, tapi aku merasa sudah menjadi satu hati dengan dirimu. Tapi sayang, perasaan itu hanya ada pada perasaanku bukan di perasaanmu.

Rindu ingin bicara, bercanda, ngobrol banyak hal, cerita dengan kamu, sangat rindu. Mungkin karena permasalahanmu sehingga kamu kurang begitu merasakan kegalauan hatiku. Tapi bukan berarti engkau kehilangan perasaan cintamu terhadapku, aku yakin itu dan aku percaya itu. Engkau sudah pernah bilang “pasti datang” saat aku menanyakan tentang menunggumu. Dan tentu aku yakini itu.

Anganku hanya sebatas angan. Untuk saat ini memang aku bukan siapa-siapamu. Aku bukan sahabatmu, aku bukan pacarmu, aku bukan saudaramu. Saat ini hanya sebatas teman meski pernah aku menjadi pacarmu. Sulit menerima keadaan itu, tapi begitulah hasilnya atas kebodohan, kekerasan, keegoisan dariku. Setiap detik yang ada dalam pikiranku dan perasaanku hanyalah namamu dan namamu. Entah, mungkin sudah pantas aku masuk rumah sakit jiwa atau hanya konsultasi ke psikiater.

Saat ini aku menjadi jauh lebih minder hanya untuk berkunjung ke rumahmu. Entah apa penyebabnya, tapi aku merasakan itu walau dengan seribu teman datang ke rumahmu. Aku juga menjadi lebih takut saat ingin berencana datang ke rumahmu. Seakan dirimu berada di balik tembok yang sangat-sangat tebal. Ah tentu bukan tembok raksasa cina atau tembok pemisah jerman barat dan jerman timur. Tapi penghalang ini terasa begitu nyata seakan-akan membuatku lemas tak bisa bernafas. Aku di surabaya memang tak memiliki apa-apa kecuali baju untuk kuliah, handphone untuk komunikasi dengan orang rumah, dan sebuah laptop yang sehari-harinya aku gunakan untuk memutar musik, main counter strike dan mengerjakan tugas kuliah (kalau toh harus diketik). Kosku pun hanya berukuran 3×3 meter, biasanya banjir saat hujan lebat mengguyur mulyorejo hasilnya biaya kos pun paling murah jika dibandingkan dengan kos-kos lain di sekitar kampus. Saat ke kampus aku hanya mengandalkan otot-otot kakiku. Tak ada setetes bensin untuk menggunakan sepeda motor karena memang aku tak menggunakan motor. Meski ada satu motor di rumah, tapi itu satu-satunya harta keluargaku yang bisa digunakan bapakku mengajar di sekolah dasar. Hasilnya, dengan memanfaatkan teman-teman kuliah dengan cara meminjam sepeda motor atau minta ditemani untuk ke rumahmu. Selain itu, aku pun tak bisa mengajakmu keluar jalan-jalan meski engkau sering mengajakku.

Beberapa waktu yang lalu kamu pun sudah tahu tentang kebiasaan burukku, yang memanfaatkan ce-esan im3 aku menceritakannya padamu. Aku berani menceritakannya karena memang aku tak ingin engkau kecewa saat tahu aku, pacarmu, memiliki perilaku buruk. Karena itulah aku tak ingin engkau salah menilaiku yang sepertinya alim, baik, pintar, dan sebagainya. Aku tak sebaik yang engkau pikirkan. Atau mungkin aku jauh lebih kotor dari teman-temanmu yang lain. Aku tak mengharapkan belas kasihmu setelah menceritakannya padamu. Aku hanya mengharapkan engkau tak salah orang untuk menjadikan aku pacarmu untuk kedua kalinya. Aku akui itu, masih banyak laki-laki yang mendekatimu  jauh lebih baik dariku.

Setiap ada waktu aku berusaha mengajakmu ngobrol, makan di kantin, atau ke perpus. Bukan karena ingin kamu perhatikan tapi lebih pada rinduku padamu. Ternyata di saat yang sama engkau sedang menemani sahabatmu. Saat itu aku tak ingin mengganggu acaramu. Lebih baik aku mundur daripada memaksamu ikut denganku, menurutku. Sesungguhnya setiap aku mengajakmu aku ingin hanya kamu dan aku. Tapi memang bagusnya ada orang ketiga agar tak timbul fitnah. Meski demikian, sungguh perasaanku sudah terlalu cinta, sayang, dan rindu akan dirimu. Saat engkau tanya “sudah makan? Ni aku sama si-X mau makan di kantin?” dengan X adalah nama orang sembarang, dengan sengaja aku jawab “sudah” meski sebetulnya ingin sekali bisa makan hanya dengan kamu. Aku sadari itu, karena itulah aku tak akan mengganggu waktumu dengan si-X.

Pernah aku bermimpi pada waktu kelulusanku (wisuda—karena termotivasi teman kos yang sudah wisuda). Di saat itu aku merasa orang yang paling berharga bagiku ikut dalam acara sakral itu. Bapak-ibuku dan dirimu. Saat itu hanya perasaan gembira dan bangga akan kelulusanku dan dirimu. Entah setan apa yang menghinggapi alam bawah sadarku hingga bisa bermimpi sedemikian detail perasaan yang muncul. Saat di luar auditorium, seakan engkau sedang mendekap erat tanganku dan membisikkan kalimat “aku bahagia bisa membuktikan pada orang tuaku bahwa aku bisa menyelesaikan tugas akhirku”. Yah, aku tak tahu apa yang membawa dirimu ada di mimpiku. Dan itu tidak satu kali.

Seringkali aku menyakitimu, entah karena kata-kata di smsku ataupun pembicaraan di telpon. Mungkin secara tak sengaja itu lah diriku. Tapi saat ini, aku sengaja membuatmu membenciku supaya aku menghilangkan perasaanku atas dirimu. Bukan karena perasaan cintaku padamu hilang, tapi aku tak ingin perasaan cintaku ini seringkali membuatmu sakit hati. Pernah aku sakit hati karenamu yang menyebabkan beberapa jam aku bisa lupa dengan dirimu. Karena itu, entah bagaimana aku bisa memiliki ide untuk memintamu sesering mungkin membuatku sakit hati. Ini salah satu cara saja supaya aku tidak terlalu berharap lebih engkau akan memperhatikan perasaanku. Yang selalu membuatku merasa sakit ketika banyak orang masih beranggapan bahwa aku masih pacarmu. Dan itu pun jauh dari kenyataan. Aku bukan pacarmu. Dan sepertinya aku juga bukan teman yang baik untukmu. Kalau pun dirimu tahu, setiap aku merasa rindu padamu dan tak ada respon darimu, aku selalu ingin menangis. Tentu saja tak secara langsung tangisanku. Sesak di dada, betul-betul sesak. Dalam anganku yang kotor, ingin sekali aku bisa memegang tanganmu atau mendekapmu untuk menunjukkan ingin sekali aku membuatmu nyaman sehingga akan lebih terasa ringan saat engkau menghadapi masalah. Tapi aku bukan laki-laki romantis. Karena itulah, aku hanya bisa merasa sesak saat tak bisa bersamamu meski sebatas ngobrol.

keluh kesah

Oktober 9, 2010

Aku tak tahu harus berkata apa
Tiap saat hanya teringat wajahmu
Bahkan tiap orang yang aku temui berwajah dirimu
Oh Tuhan..
Bahkan aku tak bisa melupakan sedetik pun
Tapi aku tak bersamamu kini
Aku kesepian
Aku rindu
Aku gelisah
Aku terdiam tak bersuara
Aku merasa hampa
Canda tawamu memberiku warna
Oh Tuhan
Aku sadar telah menyakitimu
Banyak puing hatimu terbuang sia-sia
Tapi kenapa aku selalu merasa sama
Engkau tak menganggapku
Apa mungkin karena beda?
Atau karena waktu?
Memang aku ke kanakan
Tak bisa bersikap lebih dewasa
Atau mengkin bersikap bijaksana
Bukankah perasaan anak kecil selalu murni?
Oh Tuhan..
Aku telah ditinggalkan
Atau karena aku yang meninggalkan?
Sungguh ironi Kau buat hidupku ini
Disaat aku tahu cintaMU, disaat itu
Engkau menghilangkan cintaku untuknya
Aku tak bisa memaksaMU memberikan cinta itu
Tapi aku sudah terlanjur cinta dengan cinta yang Engkau beri
Oh Tuhan..
Aku layaknya manusia lain
Aku merasa lengkap saat ada dia
Aku merasa kuat saat bersamanya
Aku merasa rendah karena cinta yang Engkau beri
Aku tahu cintaku ini tak akan pernah sama dengan cintaMU
Aku selalu memohonMU
Berikan cintaMU kepadanya
Satu-satunya perhiasan yang tak dapat aku miliki
Atau hanya karena lembaran takdir dariMU
Berikanlah MukjizatMU padanya
Aku memohon kepadaMU, Tuhan.

Cerita II

Juli 4, 2010

Sayang, met blajar n bjuang wat uts opmod bsok yahh!! Semangat!!

Pi, km jgn cemburu gtu yah..

What is flower, without the sun. What is the earth without the sky. What am I, without you. Thats why I tell you, I Love You

Iya sayang, gpp kn…

At least congratulation yah sayang. You deserve 4 it

Beneran nie, ydah jgn dpksain tgs.a yah. Lok capek istirahat dulu/ pulang ke kosan. Maaf telah ngbuat km drop td. Tapi da hikmahnya juga yah, dari sana q tahu seberapa seriusnya km.

Insya Allah skr udah ga. N insya Allah I’m sure with u

Heheheh, ya gak lah say.

Ceilee tumben. Hehe, have a nice dream n good night yah. Aku sayang kamu.

Biomat? Haduh say q kan g suka material, masa ikut biomat.

Ealah ngambeg maning, ngambeg maning. Piye to yo. Senyum dong say, jok cemberut trus ntar cepet tua loh..

Iya aku juga. Aku sayang kamu. Karena aku sayang kamu, aku takut kamu gak bisa nerima aq apa adanya ketika km tahu kebodohanq.

Hahaha, iya thanks yah. Aku sayang kamu cinta.

Yawdah, aku sayang ma kam luthfi

Alhamdulillah, you’re welcome hunny. Me too, ^^V

Cinta met liburan yah di sana.

Iya cin, ni lagi di jalan. Kamu masuk aja ke teras.

Cin, minta doanya yah moga q bner2 smbuh.

Hehe, iya sayang maaph.

Nyesel gitu ya? Yawdah gak usah sama aku lagi dah.

Beberapa kalimat di atas adalah beberapa sms dari orang yang benar2 spesial bwt aq. Pernah suatu ketika dy mengatakan, km msih terlalu kekanak2an luthfi. Hubungan kita terlalu rapuh. Tapi bagiku, bukan karena rapuh, tapi karena ini baru permulaan. Pernah juga dy mengatakan “ kita perlu saling memahami”. Tapi bagiku bkn karena saling memahami, tapi lebih pada “ aku gak peduli kalo km gak memahamiku, yang penting bagiku adalah aku harus bsa memahamimu dan slalu membuatmu nyaman apapun yang terjadi. Bahkan disaat kau bilang ‘gak usah sama aku lagi’ , bagiku itu adalah permintaanmu yang harus aku turuti agar kau merasa nyaman”. Aku tak ingin memaksakan perasaanku. Aku tak ingin memaksa kmu untuk slalu menjaga rasa sayangmu kpadaku. Banyak para pujangga mengatakan kalo cinta butuh pengorbanan, saling memahami, etc. Tapi bagiku bukan hanya sesempit itu. Tapi cinta harus bisa membuat dirimu, diriku tetap pada koridor yang benar. Jalan yang tidak menyalahi segala macam produk manusia. Pernah aku merasa agak aneh dan sakit saat kau pernah bilang “ saat ku liat foto preweddingnya, senyumnya ngbuat aku punya energi besar buat sembuh, rasanya enteng gt”. Itu berarti memang aku tak ada secuil dari kuku jika dibandingkan persasaanmu padanya. Alhamdulillah engkau masih menyimpan perasaanmu pada orang yang pertama kali kau cintai. Itu berarti aku tak perlu meragukan perasaanmu. Terima kasih engkau menjadikan aku yang ke empat. Meski begitu, aku merasa inilah kali pertama aku benar2 merasa jatuh cinta. Terima kasih, X [inisial di hapeku].

Cerita Cinta

Mei 23, 2010

Pernah aku mendengar bahwa ketika seseorang sedang jatuh cinta, akan terasa desiran di hati yang mengalir sangat deras. Ketika bersama orang yang dicintai, akan terasa benar-benar nyaman dan tak ingin jauh darinya. Ketika melihatnya seakan-akan ada angin lembut menyapa wajah. Ketika bicara dengannya, terasa suaranya adalah nyanyian bidadari yang dikirim Tuhan untuk manusia. Ketika rindu dengannya, terasa sesak di dada dan selalu ingin bicara meskipun hanya mendengarkan suaranya dalam satu detik.

Begitulah beberapa gambaran orang yang sedang jatuh cinta entah pada pandangan pertama ataupun pada pandangan keseribu atau kesejuta kalinya. Cinta memang tak mengenal waktu saat dia datang. Cinta tak mengenal siapa yang didatanginya baik si muda,dewasa, tua, besar, kecil, pria, wanita, siswa, mahasiswa, tukang becak, ataupun penjual sate. Cinta bagaikan pedang bermata dua. Saat dia datang seakan – akan dunia ini begitu indah dan menyenangkan. Tapi saat cinta pergi atau dipaksa pergi, seakan – akan dunia runtuh tak terbendung. Semua kekuatan manusia tak bisa menghalangi dua kekuatan itu.

Saat ini pun, seperti halnya manusia lain di dunia, cinta sudah bersemayam di hatiku. Mungkin dalam orde sepuluh pangkat enam aku bertatap muka dengannya, baru kali ini benar-benar bisa merasakan sebuah cinta. Setiap saat yang kurasa, aku selalu ingin bisa berkomunikasi dengannya, memandangnya, mengetahui keadaannya dan yang lainnya. Saat kutanya

” Hei, sedang ngapain?” atau

“Gimana kabarmu?”

Dan dijawab

“Lagi tidur-tiduran atau lagi ngerjakan tugas” dan

“I’m fine”

Sudah cukup membuatku lega meski hanya sekali dalam sehari. Pernah aku tak melihatnya selama satu minggu rasanya seperti aku berada di padang pasir yang sangat panas dan saat itu hanya air yang bisa membuatku bisa bertahan. Begitulah indahnya cinta yang datang di hatiku. Murni dan tak ada paksaan. Dia pun juga sudah tahu kalau aku jatuh cinta padanya. Dia juga mengatakan “iya, aku juga mencintaimu”, aku pun tak peduli meski kadang kala terasa kalau aku dipermainkan atau hanya dibuat sebagai pengganti “cintanya” yang belum pernah dia dapat, dunia sudah membuatku merasa ” I don’t care about your aim by my love, everything you do for me wouldn’t make me loss my love to you”.

Cerita

Februari 26, 2010

Liburan semester 5,

Minggu pertama bulan februari

Saat itu entah kenapa sebelum tidur, terbersit sesuatu tentang dirimu. Ku tak tahu kenapa bisa teringat-ingat dirimu. Apa mungkin karena seharian ku lihat film-film yang bernuansa romantis, atau mungkin karena kebetulan selesai ber-sms ria denganmu?

Mungkin saja 3 menit sebelum pukul  02.00 waktu Katerban, Baron masih ku ingat dirimu duduk di sampingku pada pinggiran teras pertokoan di pinggir jalan. Tak tahu yang terasa saat duduk bersamamu canggung, malu, rindu. Saat kau mulai pembicaraanmu, kau mengatakan dengan lirih sesuai dengan karakter suaramu kepadaku,

“Fi, maafkan aku. Aku sudah menikah, dan sekarang aku sudah hamil”.

Terasa diriku seperti tersambar petir. Saat itu kulihat tubuhmu masih seperti biasanya. Tak terlihat sedikitpun kau berbadan dua. Dengan tatapan sayu, kau katakan padaku

“Aku pulang Fi”

Dan belum sempat ku berkomentar, protes, marah, kau sudah berjalan meninggalkanku di kegelapan senja kotaku. Tanpa arah tujuan, ku masuki angkot yang biasa kupakai untuk kembali ke rumah. Tanpa begitu mempedulikan siapa saja yang sudah di dalamnya, tiba-tiba ku dikagetkan dengan sapaan yang suaranya ku kenal betul.

“Hei,Fi. Dari mana?”

“Oh, dari tempat biasa” , agak lama ku menjawab pertanyaannya. Yah, dia temanku dan temannya pula. Saat itu kurasa kalau dia menyadari keadaanku kemudian dia memulai pembicaraan denganku. Sepertinya yang akan disampaikanya sangat penting. Kulihat dia mulai mendekat dan agak berbisik padaku.

“Kamu habis ketemuan sama dia?”

“Hmm..”, jawabku.

“Apa kau sudah diberitahunya?”, dia mencoba memastikan jawabanku.

Hanya kujawab dengan anggukan. Tiba-tiba dia mengatakan sesuatu padaku yang jauh lebih membuatku tak percaya.

“Sebenarnya, dia sudah menikah beberapa bulan yang lalu dengan saudaraku. Sewaktu dia datang ke rumahmu, sebenarnya dia sudah hamil satu bulan”.

Tak berselang lama, aku langsung turun dari angkot dan kupastikan kebenarannya. Sengaja ku tinggalkan dia di dalam angkot tanpa melihat sedikitpun raut mukanya.

Selama perjalanan ke rumahnya, yang kuingat-ingat dari perkataannya adalah “ sewaktu dia datang ke rumahmu, sebenarnya dia sudah hamil satu bulan” dan terus kuingat-ingat. Sesampai di depan rumahnya, ku tak berani langsung mengetuk pintu rumahnya. Terdiam tanpa gerak sedikitpun. Tiba-tiba pintu rumahnya ada yang membuka. Sesosok pria dewasa dengan senyum ramah sudah berada di depanku.

“Kamu Luthfi ya?”

Dengan sedikit gagap aku menjawabnya,

“Eh, iya”.

“Oh, masuk aja. Aku suaminya”

Sambil menjabat tanganku dia mempersilahkan aku masuk. Agak tak percaya ternyata yang ku temui adalah suaminya sendiri. Panas, grogi, malu, ah, kenapa juga ku memusingkannya. Tapi seluruh otot tubuhku terasa tegang. Badanku panas dingin saat kulihat dia datang menghampiriku dengan menggunakan pakaian warna krem dan berenda di ujung rok. Saat ku coba menggerakkan tubuhku untuk berdiri, terasa berat hingga nafasku pun begitu sesak. Saat berhasil ku gerakkan tubuhku, ternyata aku sudah terjaga dari tidurku. Banyak peluh di dahi, badan, lenganku. Berat nafasku rasanya. Benar, ternyata hanya mimpi. Jam 5 pagi, saat kulihat jam di layar handphoneku. Mendadak ku sms orang yang ada di mimpiku hanya untuk memastikan apakah dia benar memiliki saudara laki-laki.

Meski hanya sekedar mimpi, hampir dua minggu berselang masih terasa canggung untuk bertemu. Bahkan ketika terpaksa harus berbicara dengan wanita yang dalam mimpiku dia sudah menikah, terasa tak karuan di otak dan perasaanku. Walau demikian, ku coba untuk melupakan mimpi aneh meskipun benar temanku yang ku tanyai tentang saudaranya memang mempunyai saudara laki-laki.

21 Pebruari 2010, malam yang aneh terjadi kembali padaku. Padahal paginya masih sangat senang karena temanku menginap semalam di kosku. Yah, teman SMA. Sudah lama kami tak berbincang, yang akhirnya kuhabiskan malam minggu dengan mengobrol tanpa akhir hingga minggu siang. Sepertinya kepenatan pikiranku yang kubawa dari rumah sudah hilang.

Sesaat setelah ku masuk dalam satu ruangan, begitu ramai hiruk pikuk orang yang ramai sedang melihat beberapa orang dari kepolisian membawa jenazah yang tinggal tulang saja. Saat itu hanya terasa biasa tanpa sedikitpun ketakutan. Sesaat kemudian handphone ku berbunyi dan kujawab tanpa melihat siapa yang menelpon malam-malam begini.

“Baik”, jawabku mengakhiri pembicaraan.

“Kamu mau keluar?”, pertanyaan yang dilontarkan wanita yang pernah ada di mimpiku sebelumnya.

“Iya, barusan teman-teman minta bantuan untuk mengerjakan tugas”, jawabku tak kalah lembutnya dengan suara khasnya. Senyum simpul kulihat di lekukan wajahnya yang semakin jelas mendekatiku. Tangan halusnya mulai menyapa dengan lembut kedua tanganku. Kemudian melingkarkan kedua tangannya di pinggangku.

“Oh, iya jangan lupa bawa handphone. Jangan seperti kemarin kau melupakannya” pesannya yang kemudian ku pergi.

Cukup cerah hari itu di sekitar kolam renang. Kilauan pantulan cahayanya bak emas terpampang dengan indah tanpa penghalang sedikitpun. Tak terasa sebuah kecupan hangat telah mendarat di pipiku dan kedua tangan halus sudah berada di lingkar pinggangku.

“Hei, kok diam sih?Wah, jangan-jangan membayangkan yang nggak-nggak?” tanyanya dengan senyum yang benar-benar bisa membuat  hati tenang.

“Ah, kau bisa saja. Oh, iya, teman-teman gengmu apa jadi ngajak kita jalan-jalan?” tanyaku dengan penuh perhatian.

“Hmm,,,” jawabnya se-enaknya.

“Loh,kok hmm, jadi nggak?” tanyaku memastikan.

“Iya, mereka jadi ngajak kita jalan-jalan. Eh, ternyata indah juga ya liat matahari mulai naik di temani cowok sepertimu”.

“Wah, ngrayu nih?” balasku tak kalah mesra.

Sesaat kurasakan hangat dan nyaman sebuah dekapan tangan halus wanita yang tak pernah bisa ku lupa. Namun tiba-tiba terasa dingin kaki dan tanganku. Segera ku mengerutkan seluruh tubuhku agar tak kurasa dingin. Sayang, tetap terasa dingin. Setelah ku membuka mataku, jam 5 pagi ternyata yang kulihat di handphoneku. Oh, ternyata hanya mimpi. Kenapa dalam mimpiku kali ini bersama dia namun penuh dengan kebahagiaan dan kenyamanan. Sudah kedua kalinya ku bermimpi tentangnya. Meski nyatanya tak mungkin berani ku menatap matanya langsung selama satu menit, tapi terasa beda di mimpiku. Yah, nyatanya tak mungkin ku merasakan seperti di mimpiku paling tidak ku pernah merasakan dekapan hangatnya dan pegangan tangannya yang halus meski hanya sebatas mimpi. Yah, hanya sebatas mimpi.

Now

Maret 20, 2009

Uh…

Aq benci banget saat ini. Gak tahu kenapa, aq di diamkan tak ada komunikasi sama sekali sama si dia…..

Pingin banget loh q katakan cinta ma dia….

Tapi, gitu ya gak berani….

Anyway,, ada saran???

Next

Februari 18, 2009

Awalnya mungkin rasa jatuh cinta sebagaimana yang aku posting sebelumnya. Agar aku bisa lebih mengenal si doi, aku coba tanya-tanya pada sahabatnya. Tapi sekarang ada yang aneh. Gak tahu kenapa aku merasa nyaman,senang dengan sahabatnya itu sewaktu ngobrol. Kalau misal lagi sms-an, gak tahu kenapa kok terasa berdesir hati ini. Apa mungkin ini disebut dengan jatuh cinta karena terbiasa? Mungkin benar demikian, dan kebalikan dari perasaanku sebelumnya, bahwa aku mencintai sahabatnya…

Masalahnya sekarang aku kurang begitu tahu apa benar aku benar-benar jatuh cinta?? Tapi bagaimanapun juga, aku amat senang bisa merasakan cinta…

Februari 9, 2009

Variasi hidup begitu banyak, yang terindah adalah awal mula

Embun dipagi hari pun tak mampu mengoyak kisah, tapi yang pertama adalah terbaik

Rasa rindu akan angan tak begitu menyejukkan, hanya satu mula yang bijak

Akankah mengerti..? Begitu bijak mengerti permulaan

======================0OOO0==========================

Ingin hati mengucap cerca, hanya pertama yang mungkin bisa

======================0OOO0==========================

Larian kuda tak mengalahkan kesembunyian, yang pertama adalah pemenangnya

Omongan tiada guna mengalir di awal perjumpaan

Variabel arti menggugah hati yang awal

Erangan maut tak terlihat, hanya satu awal yang terjadi

======================0OOO0==========================

Yakinkan hati untuk pertama kali

Orang benci karena awal, terbijak adalah permulaan

Untuk itu, kuucapkan yang pertama

======================0OOO0==========================

Andaikan aku tahu akan satu awal mula

Kaidah hidup akan terawali sangat bijak

Untaian maaf tak terhenti dari awal

======================0OOO0==========================

Jam kehidupan tak berhenti saat mula ku mengerti

Ambang hidup terhenti dari awal

Terluka akan pencarian arti

Ungkapan marah tak terucap

Harapan pudar, tak begitu hangat di awal permulaan

======================0OOO0==========================

Cukup berat mengakui hidup

Indahnya gelap menghanyutkan awal mula

Nyaman terlihat pertama mengerti

Tanpa hangat menyelimuti bimbang

Andaikan aku bijak, kan kuawali dari awal

=====================0OOO0==========================

Purnama ke-6 tak teringat lagi

Awan putih tak kunjung mengerti

Dewi nasib tak berhenti menyoraki

Aku terjatuh di setiap awal melihat

Membatu lemah tak kuasa menahan

Untuk itu teramat senang kulihat dari satu awal mula